SERUAN PEMUTARAN FILEM (NOBAR) & DISKUSI. JUDUL FILEM "THE MAHUZAs"

 


"𝐅𝐫𝐨𝐧𝐭 𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐇𝐮𝐭𝐚𝐧 & 𝐌𝐚𝐬𝐲𝐚𝐫𝐚𝐤𝐚𝐭 𝐀𝐝𝐚𝐭 𝐓𝐚𝐦𝐛𝐫𝐚𝐮𝐰"

📢 𝐒𝐄𝐑𝐔𝐀𝐍!!! 

𝐏𝐞𝐦𝐮𝐭𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐅𝐢𝐥𝐦 (𝐍𝐨𝐛𝐚𝐫) & 𝐃𝐢𝐬𝐤𝐮𝐬𝐢.

𝐉𝐮𝐝𝐮𝐥 𝐅𝐢𝐥𝐦 : "𝐓𝐡𝐞 𝐌𝐀𝐇𝐔𝐙𝐄𝐬"

       "The Mahuzes" adalah sebuah film dokumenter yang di Produksi oleh "Watchdoc", sebuah rumah produksi film dokumenter audio visual yang didirikan oleh Andhy Panca Kurniawan dan Dandhy Dwi Laksono pada tahun 2009. Rumah produksi ini dikenal dengan karya-karya dokumenternya yang mengangkat isu-isu sosial, politik, kemanusiaan, dan lingkungan. 

       Watchdoc telah menghasilkan berbagai film dokumenter terbaik, program televisi, dan karya video komersial dan non-komersial, serta aktif dalam berbagai kegiatan berbagi pengalaman bermedia seperti Sekolah Watchdoc. Beberapa film dokumenter terkenal dari Watchdoc antara lain "Sexy Killers", "Senyap", dan "Banda: The Dark Forgotten Trail", dll. 

         Film Documenter "The Mahuzes" sendiri merupakan suatu karya terbaik "Watchdoc" yang menggugah kesadaran tentang kenyataan kelam di balik proyek pembangunan berskala besar bernama MIFEE (Merauke Integrated Food and Energy Estate). Alih-alih menjadi simbol kemajuan dan ketahanan pangan nasional, proyek ini justru membuka luka baru bagi masyarakat adat Papua dan memperdalam kerusakan ekologis di Tanah Malind.

          Film ini secara tajam menunjukkan bahwa pembangunan tanpa keadilan hanya akan menjadi kedok bagi perampasan tanah, eksploitasi sumber daya alam, dan peminggiran masyarakat adat. Dengan menghadirkan langsung suara-suara dari komunitas lokal, film ini membongkar narasi dominan negara dan korporasi yang sering menyembunyikan penderitaan rakyat di balik kata "investasi", "kemajuan", dan "pembangunan".

           Ketika kita mengarahkan pandangan ke wilayah lain di Tanah Papua, seperti Kabupaten Tambrauw dan Sorong, kita akan melihat pola yang sangat mirip sedang berlangsung. Proyek Strategis Nasional (PSN) yang akan dibuka di atas lahan adat seluas 98.824,97 hektar, dengan aktor utama PT. Fajar Surya Persada (FSP) Group dan konsorsiumnya, mereplikasi pola dominasi, perampasan, dan eksploitasi yang pernah dan masih terjadi di Merauke. Di sinilah relevansi The Mahuzes menjadi semakin penting: film ini bukan hanya tentang Merauke, tetapi tentang seluruh tanah Papua.

            Tambrauw selama ini dikenal sebagai kabupaten konservasi, di mana lebih dari 80% wilayahnya ditetapkan sebagai kawasan lindung. Namun proyek-proyek seperti milik FSP justru mengancam hutan adat, sumber air, dan sistem kekerabatan ekologis masyarakat adat yang hidup selaras dengan alam. Ini adalah bentuk pengkhianatan terhadap janji konservasi yang sering diumbar negara.

             Salah satu temuan penting dalam Film Documenter The Mahuzes adalah bagaimana pembangunan digunakan sebagai instrumen untuk menggantikan tatanan nilai, spiritualitas, dan sistem produksi masyarakat adat dengan sistem ekonomi kapitalistik. dan juga salah satu poin penting dari film ini adalah, bagaimana film ini mengangkat fenomena cultus cargo, memperlihatkan bahwa proyek semacam MIFEE telah mereduksi spiritualitas dan budaya lokal menjadi sarana penaklukan. Dalam konteks ini, pembangunan bukan lagi sekadar proyek ekonomi, melainkan alat kolonialisasi modern.

          The Mahuzes bukan sekadar dokumenter, tetapi testimoni perlawanan terhadap pembangunan eksploitatif yang menyingkirkan manusia dan merusak tanah leluhur. Film ini menantang kita untuk mempertanyakan: Siapa yang diuntungkan dari pembangunan?, 

            Apakah "kemajuan" pantas dibayar dengan kehancuran budaya dan ekosistem?, serta sampai kapan masyarakat adat Papua harus menjadi korban dari proyek-proyek negara?

           Film ini menegaskan bahwa keadilan ekologis dan pengakuan hak masyarakat adat adalah syarat mutlak dalam setiap rencana pembangunan. Tanpa itu, pembangunan hanyalah bentuk baru kolonialisme. untuk lebih lengkapnya tentang Film Documenter "The Mahuzes", kami dari "𝐅𝐫𝐨𝐧𝐭 𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐇𝐮𝐭𝐚𝐧 & 𝐌𝐚𝐬𝐲𝐚𝐫𝐚𝐤𝐚𝐭 𝐀𝐝𝐚𝐭 𝐓𝐚𝐦𝐛𝐫𝐚𝐮𝐰" akan menggelar acara Nobar dan Diskusi Film tersebut, dan kami juga mengundang kepada Seluruh elemen Rakyat Papua, para pemerhati/aktivis HAM & Lingkungan Papua yang berada di sekitaran wilayah Sorong Raya untuk mengambil bagian dalam acara tersebut, yang sedianya akan dilaksanakan pada;

📅 Hari/Tanggal : Selasa, 5 Agustus 2025

🕕 Waktu : Pukul 18.00 WPB - Selesai

📍 Tempat : Jl.F.Kalasuat, Malanu Kampung (Belakang Kantor Lurah Malanu), Kota Sorong-West Papua

 Diskusi Pasca-Nobar:

1. Refleksi Masyarakat Adat terhadap Pembangunan di Tanah Papua. 

2. Pembangunan atau Perampasan?

3. Suara Kaum Muda dalam Menjaga Tanah Leluhur! 

Moderator Diskusi : Kawan Aves.S

Pemantik Diskusi : Kawan Yansen.M

Demikian Seruan Pemutaran Film (Nobar dan Diskusi ini kami keluarkan untuk diketahui bersama. Atas perhatian dan kehadirannya, kami sampaikan terimakasih.

𝘗𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘨𝘶𝘯𝘨𝘫𝘢𝘸𝘢𝘣:

"𝐅𝐫𝐨𝐧𝐭 𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭𝐤𝐚𝐧 𝐇𝐮𝐭𝐚𝐧 & 𝐌𝐚𝐬𝐲𝐚𝐫𝐚𝐤𝐚𝐭 𝐀𝐝𝐚𝐭 𝐓𝐚𝐦𝐛𝐫𝐚𝐮𝐰."

📢 𝙏𝙚𝙧𝙗𝙪𝙠𝙖 𝙪𝙣𝙩𝙪𝙠 𝙪𝙢𝙪𝙢! 

𝘿𝙖𝙩𝙖𝙣𝙜, 𝙨𝙖𝙠𝙨𝙞𝙠𝙖𝙣, 𝙙𝙖𝙣 𝙗𝙚𝙧𝙨𝙪𝙖𝙧𝙖 𝙙𝙚𝙢𝙞 𝙈𝙖𝙨𝙮𝙖𝙧𝙖𝙠𝙖𝙩 𝘼𝙙𝙖𝙩 𝙋𝙖𝙥𝙪𝙖 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙗𝙚𝙧𝙙𝙖𝙪𝙡𝙖𝙩 𝙖𝙩𝙖𝙨 𝙩𝙖𝙣𝙖𝙝, 𝙗𝙪𝙙𝙖𝙮𝙖, 𝙙𝙖𝙣 𝙝𝙞𝙙𝙪𝙥𝙣𝙮𝙖 𝙨𝙚𝙣𝙙𝙞𝙧𝙞!



Post a Comment

Lebih baru Lebih lama
>>Terimakasih Atas Kujungan Anda, Semoga Dapat Berguna Waaaa Waaaa Kaonak!>>